ANALISIS TEORI STABILITAS HEGEMONI TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN DIPLOMATIK ARAB SAUDI TERHADAP QATAR

Salama Alkatiri

Universitas Indonesia

Telah terbit di: http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/jsdk/article/view/3134

Abstract

Pada Juni 2017, Arab Saudi bersama negara teluk lainnya Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik mereka dengan Qatar. Saudi menuding Qatar kerap aktif dalam men- dukung terorisme dan ekstrimisme di kawasan. Selain itu, kedekatan Qatar dengan Iran dan Turki di bidang ekonomi dan militer menjadi alasan kuat Saudi memutuskan hubungan tersebut. Namun, penulis berasumsi bahwa konflik diplomatik tersebut diakibatkan oleh adanya ketakutan Saudi akan munculnya kekuatan baru di kawasan yakni Qatar, yang dilihat dapat membahayakan posisi Saudi sebagai negara hegemonik di Timur Tengah. Ketakutan itu berdasar atas peningkatan ekonomi dan militer Qatar. Tulisan ini akan membahas ka- sus tersebut menggunakan Teori Stabilitas Hegemoni dari Robert Gilpin dan Konsep Hegemoni dari Antonio Gramsci untuk menganalisa alasan-alasan dari pemutusan hubungan diplomatik Saudi terhadap Qatar dari segi kepentingan Saudi sebagai negara dominan untuk mempertahankan statusnya sebagai hegemon kawa- san. Di mana Saudi menilai Qatar memiliki kapabilitas sebagai ancaman bagi dominasinya dan keseimbangan status quo di kawasan Timur Tengah. Penulis mengidentifikasi tiga variabel yang dapat mengancam dominasi Saudi, yakni ancaman terhadap dominasi ekonomi; ideologi-budaya; dan keamanan politik.

Kata Kunci: Arab Saudi, diplomatik, hegemonik, Teori Stabilitas Hegemoni, Qatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *