EDITOR: HASYA HANIFAN DAN IMPIANI
PENULIS: RINA TRIDANA
COPYRIGHT © IREC INDONESIA 2019
Media sosial telah menjadi komoditas yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang pasti memiliki beberapa aplikasi media sosial di gawai mereka. Media sosial telah berkembang dari fungsi sosialnya dari sekedar sarana komunikasi dan mencari teman-teman alumni sekolah yang telah terpisah, menjadi sarana dalam memutuskan pilihan berpolitik, ekonomi maupun bisnis (online shop dan startup).
Perkembangan media sosial belakangan ini bahkan turut mewarnai peristiwa internasional. Contoh, tercetusnya revolusi mesir pada tahun 2011, kampanye Presiden Barrack Obama (baik periode 1 maupun 2), keputusan (referendum) Brexit, pemilu di Malaysia dan Singapura, kampanye Presiden Donald Trump, hingga yang terakhir Pemilu di Indonesia yang mana kedua belah pasangan calon presiden dan wakil presiden menggunakan media sosial untuk kepentingan kampaye mereka.
Analis Facebook Finlandia menyebutkan bahwa ruang publik digital berpotensi untuk meningkatkan gerakan sosial, memfasilitasi individu yang berpikiran sama, dengan cara mengintensifkan kekuatan komunikasi mereka (Sormanen & Dutton, 2015) dan memiliki jaringan yang beragam (Hampton, Sessions, dan Her, 2011). Dengan semakin banyak kegiatan yang dilakukan melalui media sosial, keputusan sosial politik pun tak lepas dari pengaruhnya.
Menurut riset We are sosial Hootsuite pada bulan Januari 2019, pengguna media sosial Indonesia mencapai 150 juta (56%) dari total penduduk secara keseluruhan. Sementara pengguna media sosial yang mengakses melalui smartphone mencapai 130 juta atau sekitar 48%. Menurut data dari LIPI pada tahun 2018, sebanyak 60,6% pemilih pemula mengakses berita politik melalui internet dalam tiga kategori intensitas. Sebanyak 36% mengakses berita politik melalui internet, namun jarang. Sebanyak 22,3% sering mengakses berita politik melalui media sosial dan sisanya 2,3% sangat sering. Untuk itu, penting bagi pemerintah mengatasi peredaran berita atau informasi palsu (hoax) di media sosial. Sebab, 16,8% pemilih pemula sering berdiskusi mengenai politik melalui media sosial ataupun secara langsung. Persentase itu lebih tinggi dibanding pemilih usia di atas 24 tahun, hanya 15,1% yang sering berdiskusi politik.
Penggunaan informasi yang salah sebagai salah satu sarana persuasi mendominasi pemikiran dan mempengaruhi opini publik. Persuasi dalam hal ini adalah tindakan penulis dalam menyampaikan idenya dalam menyakinkan audiens. Dalam hal ini, pesuasi tidak mengandung intensionalitas negatif dalam artian penyembunyain fakta, namun hanya menyoroti hal-hal yang dirasa menguntungkan. Misinformasi mewakili setiap intervensi dasar pada elemen dasar proses komunikasi. Intervensi informasi menentukan sikap, reaksi dan tindakan penerima yang sesuai dengan pembuat informasi.
Persuasi menurut kamus (Britannica n.d), adalah suatu proses dimana sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi komunikasi orang lain tanpa paksaan, dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (ancaman verbal, pemaksaan secara fisik, dan keadaan fisiologis seseorang). Komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi dan menghibur dan tidak dimaksudkan untuk persuasif.
Persuasi seseeorang sering kali melibatkan manipulasi, ini dapat dianalisa dengan cara membedakan komunikasi (sebaga penyebab atau stimulus) dengan sikap (sebagai respon). Tujuan akhir persuasi adalah agar individu (atau kelompok) untuk berprilaku sebagaimana yang diinginkan. Ilmuwan (Lorem Ipsum) menganggap persuasi mirip dengan pembelajaran informasi baru melalui komunikasi informatif. Pengulangan dalam komunikasi memodifikasi pembelajaran, dapat dikatakan prinsip-prinsip pembelajaran dan pengkondisian verbal dan menguntungkan yang diterapkan komunikator memiliki dampak persuasive (contoh pengulangan iklan-iklan di televisi). Pendekatan pembelajaran cenderung menekankan pada perhatian, pemahaman dan retensi pesan.
Reaksi seseorang terhadap komukasi persuasif sebagian tergantung pada pesan dan sebagian besar pada bagaimana cara individu merasakan atau menafsirkannya. Ahli teori persepsi (Lorem Ipsum) menganggap persuasi mampu mengubah persepsi orang terhadap objek apa pun dari sikapnya. Pendekatan persepsi juga didasarkan pada bukti bahwa prasangka penerima setidaknya sama pentingnya dengan isi pesan dalam menentukan apa yang akan dipagami. Pendekatan ini menekankan perhatian dan pemahaman (Britannica, n.d).
Keyakinan bahwa persuasi adalah cara yang terhomat dan efektif untuk menemukan kebenaran dilihat pada fakta bahwa persuasi adalah dasar bagi ekonomi modern, praktek konseling, dan sistem hukum, dan juga merupakan fondasi demokrasi. Persuasi tertanam dalam komunikasi manusia. Ketika berkomunikasi, orang-orang baik secara sengaja maupun tidak mempromosikan keyakinan dan perilaku tertentu mereka.
Manipulasi psikologis dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan pengaruh yang tidak semestinya melalui distorsi mental dan eksploitasi emosional dengan maksud merebut kekuasaan, control, manfaat, dan/atau hak istimewa dengan biaya korban (NI, 2018). Meski taktik manipulasi bekerja dengan efektif, taktik tersebut mengenakan target pada perasaan negatif. Perasaan inilah yang membuat sulit dalam hal penggunaan target sebagai sumber informasi. Manipulasi opini publik atas platform media sosial muncul sebagai ancaman kritis terhadap kehidupan publik. Seluruh dunia saat ini mengeksploitasi media sosial dalam penyebaran berita sampah dan disinformasi, pemberlakuan sensor dan kontrol serta merusak kepercayaan pada media, lembaga publik dan sains.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, media sosial telah menjadi platform yang turut mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan politik. Mudahnya penyebaran informasi melalui internet membuat orang-orang yang berkepentingan dalam bidang politik berlomba-lomba menarik simpati masyarakat dengan melakukan persuasi dalam pembuatan berita yang akan disebarkannya. Beberapa informasi yang disebarkan tentunya dibuat untuk menguntungkan salah satu pihak dan pada akhirnya tidak bersifat objektif, sehingga akan menggiring opini publik sesuai dengan yang diinginkan pembuat informasi tersebut. Dengan semakin banyaknya berita manipulatif ataupun berita hoax yang beredar di media sosial, semakin banyak pula opini politik yang terbentuk dalam masyarakat sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan politik mereka.
Daftar Pustaka
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/berapa-pengguna-media-sosial-indonesia
“Obama Geber Kampanye 2012 di Facebook”, https://inet.detik.com/cyberlife/d-1608847/obama-geber-kampanye-2012-di-facebook
Adhikari, Shaurav Raj. (July, 2016), “Identity and Information Sharing in Social Media: A study of Political Identity and Social Media Behavior”, A Thesis Submitted To The Faculty Of The University Of Minnesota
BRITANNICA (n.d.) “Persuasion Psychology”. https://www.britannica.com/science/persuasion-psychology
Hampton, K., Sessions, L., & Her, E. (2011). “Core networks, social isolation, and new media: How Internet and mobile phone use is related to network size and diversity. Information, Communication”, http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/1369118X.2010.513417
P, NI. (2018) “12 Failures of Highly Manipulative People”, https://www.psychologytoday.com/us/blog/communication-success/201805/12-failures-highly-manipulative-people?amp
Permesti, Lingga “Ternyata, Revolusi Mesir Dimulai Dari Jejaring Sosial” https://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/01/19/ly1vxi-ternyata-revolusi-mesir-dimulai-dari-jejaring-sosial
Setyowati, Desy
“LIPI: 60% Anak Muda Akses Berita Politik Lewat Media Sosial” , https://katadata.co.id/berita/2018/07/18/lipi-60-anak-muda-akses-berita-politik-lewat-media-sosial
Sormanen, N., & Dutton, W. (2015). The Role of Social Media in Societal Change: Cases in Finland of Fifth Estate Activity on Facebook. Social Media+ Society, 1(2), doi:10.1177/2056305115612782
University Of Oxford (2018), “Social media manipulation rising globally, new report warns”. http://www.ox.ac.uk/news/2018-07-20-social-media-manipulation-rising-globally-new-report-warns
Vasile, Roman; Maria, Roman, “Media (Including Social Media) And Public Manipulation”, International Journal of Communication Research; Iasi Vol. 9, Iss. 1, (Jan-Mar 2019): 12-16.